Dewi Kerudung Biru semburkan lagi "asap kencana biru"nya. Namun angin pedang merah di tangan Wakil Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma dengan hebatnya berhasil membuyarkan asap sakti itu!
"Betina galak! Sekarang terimalah kematianmu!" bentak Iblis Pencabut Sukma. Dia memberi isyarat pada anak-anak buahnya. Berbarengan mereka sama angkat tangan kanan ke atas siap untuk lancarkan pukulan "Pencabut Sukma".
Satu pukulan "Pencabut Sukma" saja dahsyatnya bukan main, apalagi sekaligus duabelas pukulan, dapat dibayangkan bagaimana luar biasa kehebatannya! Dewi Kerudung Biru pentang kedua lengannya dan putar tubuh laksana balingbaling. Mulutnya tiada henti
menghembus-hembus mengeluarkan asap biru. Satu detik lagi maka duabelas tangan lawanpun ditarik ke belakang!
Dalam suasana yang diliputi seribu ketegangan itu, tiba-tiba mengaunglah suara seperti suara seribu tawon mendengung. Di antara dengungan itu melengking pula suara siulan yang disusul oleh berkiblatnya seputaran sinar putih menyilaukan mata!
Tiga anggota Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma, termasuk Tangan Perenggut Jiwa terpekik dan rebah ke lantai mandi darah. Selarik sinar putih yang disertai
raungan dahsyat kembali berkiblat dan Wakil Ketua Perkumpulan Pencabut Sukma dan anak-anak buahnya terpaksa batalkan serangan dan melompat ke satu pojok.
"Pendekar 212!" terdengar seruan Sultan begitu dia kenali siapa adanya pendatang baru itu. Dewi Kerudung Biru sendiri memandang pada Wiro Sableng dengan sinar mata yang berkilat-kilat. Di balik pandangan mata itu seperti ada sesuatu yang disembunyikannya. Wakil Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma dan anggota-anggota lainnya memandang menyorot penuh amarah.
Pendekar 212 Wiro Sableng sunggingkan senyum di wajahnya yang keren sedang tangan kanannya mempermainkan Kapak Maut Naga Geni 212. Melihat pada angka 212 yang tertera pada dua mata kapak di tangan si pemuda maka berkatalah Wakil Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma, sambil melintangkan pedang di muka dada.
"Jadi kaukah yang selama ini dijuiuki Pendekar 212 itu...?!"
Jawaban Wiro Sableng hanya tertawa mengekeh.
"Orang gendeng, apa kau sudah bosan hidup mau campur urusan orang lain....?!," tanya Wakil Ketua Iblis Pencabut Sukma. "Atau mungkin masih belum tahu tengah berhadapan dengan siapa saat ini?!" ujar Si Pisau Terbang.
"Siapapun kalian adanya tak lebih dari babi-babi cacingan yang diberi berjubah dan berkerudung merah!," ejek Pendekar 212 pula!
Marahlah Si Pisau Terbang. Tanpa banyak cerita dia lepaskan sekaligus selusin pisau terbang beracun ke arah Pendekar 212. Wiro Sableng gerakkan Kapak Maut Naga Geni 212 membuat setengah lingkaran.
"Tring... tring.... tring...".
Kedua belas pisau terbang itu musnah patah-patah. Melototlah mata Si Pisau Terbang. Dia menyurut undur dua langkah.
"Pisau Terbang, kau minggirlah. Biar aku yang antarkan manusia bosan hidup ini ke pintu gerbang akhirat!"
Wakil Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma maju dua langkah. Sultan Hasanuddin dengan ilmu menyusupkan suara beri peringatan pada Pendekar 212. "Sobat, hati-hatilah terhadapnya. Dia sakti sekali!"'
Begitu peringatan Sultan berakhir maka Wakil Ketua Iblis Pencabut Sukma telah lancarkan serangan pedang merah dalam jurus yang luar biasa. Jurus ini sekaligus
merupakan empat tebasan dan empat tusukan!
"Ah cuma ilmu pedang picisan saja mau diandalkan," Ejek Wiro. Kapak Naga Geni ditangannya menderu. Wakil Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma tiada berani mengadu senjata. Hatinya tergetar ketika merasakan bagaimana sinar putih senjata lawan membuat pedangnya tak bisa bergerak leluasa. Manusia ini membatin.
"Celaka, paling lama aku hanya bisa layani si keparat ini dalam dua puluh lima jurus!". Dan dia segera putar otak untuk cari kesempatan larikan diri!
Pendekar 212 yang tahu gelagat lawan segera lancarkan serangan ganas. Wakil Ketua Perkumpulan. Iblis Pencabut Sukma angsurkan pedang merah kemuka untuk menangkis karena bertindak berkelit tiada punya kesempatan lagi.
↑up | Load : sec.. |
2013 - 2014